Di dalam surat Al-Kahfi ada empat kisah yang Allah SWT paparkan.
Surat Al-Kahfi memiliki kedudukan istimewa karena surat ini dianjurkan
untuk dibaca sepekan sekali (hari Jumat). Surat al-Kahfi dikaitkan
dengan fitnah Dajjal, fitnah akhir zaman.
Kenapa surat Al-Kahfi
dianjurkan oleh Nabi SAW untuk selalu dibaca? Sebetulnya, maknanya bukan
sekedar dibaca, tapi ditaburi. Karena di dalam surat Al-Kahfi ini
terdapat pelajaran (ibroh) dan ‘benteng’ yang melindungi kaum muslimin
dari empat macam fitnah (yang terdapat dalam empat kisah yang
dipaparkan). Fitnah yang akan terus ada sampai akhir zaman.
Dari Abu Sa’id al-Khudri Radhiyallahu ‘Anhu,
“Barangsiapa membaca surat Al-Kahfi di hari Jum’at, maka akan dipancarkan cahaya untuknya di antara dua Jum’at.” (HR. Al-Hakim: 2/368 dan Al-Baihaqi: 3/249. Ibnul Hajar mengomentari hadits ini dalam Takhrij al-Adzkar, “Hadits hasan.” Beliau menyatakan bahwa hadits ini adalah hadits paling kuat tentang anjuran membaca surat Al-Kahfi. Syaikh Al-Albani menshahihkannya dalam Shahih al-Jami’, no. 6470)
Kedudukan ‘membaca’ (mentadaburi) surat Al-Kahfi yang rutin tiap pekan mirip dengan kedudukan Khutbah Jumat yang tiap pekan. Periode rutinitas ‘pekanan’ ini adalah periode minimal seorang muslim mendapat bekal ilmu sebagai bekal agama dalam mengarungi kehidupan. Makanya dalam komunitas Tarbiyah, ada Liqo pekanan, sebagai bekal minimal kader.
Jadi dengan ‘membaca’ surat Al-Kahfi sepekan sekali, umat Islam diingatkan tentang empat macam fitnah agar tetap teguh dengan agama dan dakwahnya, tidak tergoda dan kalah dengan dunia , tidak takabur dengan keunggulan diri dan betapa Maha Kuasanya Allah , menggunakan Kekuasaan untuk kemaslahatan.
Dengan ‘ngaji’ surat Al-Kahfi sepekan sekali, kita secara tetap akan teringat dan diingatkan dengan empat macam fitnah (ujian, tantangan, cobaan) yang terdapat dalam empat Kisah. Makanya disebut ‘akan dipancarkan cahaya untuknya di antara dua Jumat’, artinya hidup kita akan terbimbing, ada ilmu yang terang menjadi petunjuk jalan dan menjaga kita selama sepekan. Kenapa bentuknya Kisah? Karena memang memori manusia lebih mudah dan akan kuat menangkap ibroh dari Kisah dibanding hanya sekedar penjelasan.

Dari Abu Sa’id al-Khudri Radhiyallahu ‘Anhu,
“Barangsiapa membaca surat Al-Kahfi di hari Jum’at, maka akan dipancarkan cahaya untuknya di antara dua Jum’at.” (HR. Al-Hakim: 2/368 dan Al-Baihaqi: 3/249. Ibnul Hajar mengomentari hadits ini dalam Takhrij al-Adzkar, “Hadits hasan.” Beliau menyatakan bahwa hadits ini adalah hadits paling kuat tentang anjuran membaca surat Al-Kahfi. Syaikh Al-Albani menshahihkannya dalam Shahih al-Jami’, no. 6470)
Kedudukan ‘membaca’ (mentadaburi) surat Al-Kahfi yang rutin tiap pekan mirip dengan kedudukan Khutbah Jumat yang tiap pekan. Periode rutinitas ‘pekanan’ ini adalah periode minimal seorang muslim mendapat bekal ilmu sebagai bekal agama dalam mengarungi kehidupan. Makanya dalam komunitas Tarbiyah, ada Liqo pekanan, sebagai bekal minimal kader.
Jadi dengan ‘membaca’ surat Al-Kahfi sepekan sekali, umat Islam diingatkan tentang empat macam fitnah agar tetap teguh dengan agama dan dakwahnya, tidak tergoda dan kalah dengan dunia , tidak takabur dengan keunggulan diri dan betapa Maha Kuasanya Allah , menggunakan Kekuasaan untuk kemaslahatan.
Dengan ‘ngaji’ surat Al-Kahfi sepekan sekali, kita secara tetap akan teringat dan diingatkan dengan empat macam fitnah (ujian, tantangan, cobaan) yang terdapat dalam empat Kisah. Makanya disebut ‘akan dipancarkan cahaya untuknya di antara dua Jumat’, artinya hidup kita akan terbimbing, ada ilmu yang terang menjadi petunjuk jalan dan menjaga kita selama sepekan. Kenapa bentuknya Kisah? Karena memang memori manusia lebih mudah dan akan kuat menangkap ibroh dari Kisah dibanding hanya sekedar penjelasan.
0 komentar:
Post a Comment
silahkan di komentar yaa..............................